Hampir Hebat: Kelebihan dan Kekurangan Skull and Bones - Skull and Bones, game multiplayer bertema bajak laut dari Ubisoft, telah melalui proses pengembangan yang panjang dan rumit selama hampir satu dekade. Sayangnya, meskipun memiliki beberapa elemen yang menjanjikan, game ini masih jauh dari sempurna. Pertarungan kapal, misalnya, adalah aspek terbaik dari game ini. Pertarungan ini bisa disesuaikan dengan berbagai cara, menawarkan fleksibilitas dan ketegangan saat melawan lawan yang seimbang. Selain itu, dunia game ini juga memukau, terutama saat berlayar dari pantai Afrika ke Hindia Timur atau melalui sungai yang dikelilingi hutan tropis. Sayangnya, keindahan visual ini tidak cukup untuk menutupi kekurangan lainnya.
Salah satu masalah besar adalah karakter dalam game yang terasa datar. Mata karakter terlihat kosong, dan hanya bibir mereka yang bergerak saat berbicara. Ceritanya pun membosankan; setelah lebih dari 20 jam bermain, pemain mungkin akan lebih ingat nilai berlian mentah atau tempat terbaik untuk menjual tembakau daripada nama karakter atau faksi apa pun. Selain itu, aktivitas di darat sangat minim—tidak ada pertarungan pedang, berburu harta karun, atau eksplorasi yang berarti. Daratan hanya berisi beberapa pemberi quest dan api unggun, dengan hanya dua pemukiman besar yang menawarkan sedikit kehidupan seperti pandai besi atau kedai minuman.
Sebagian besar waktu pemain akan dihabiskan untuk berlayar, karena semua aksi terjadi di laut. Namun, aktivitas berlayar sendiri terasa monoton—hanya menaikkan atau menurunkan layar dan sesekali menyesuaikan arah. Meski begitu, suasana tenang saat mengangkut barang dan menikmati pemandangan bisa terasa menyenangkan. Lautan Hindia adalah aspek terbaik dari Skull and Bones, dengan momen-momen epik seperti berlayar melalui celah sempit dengan air terjun dan nyanyian awak kapal yang menciptakan nuansa magis.
Namun, game ini tidak bisa lepas dari bayang-bayang Assassin’s Creed: Black Flag (2013), yang menjadi inspirasi utamanya. Black Flag menawarkan petualangan bajak laut yang lebih lengkap dengan pulau-pulau yang bisa dijelajahi, cerita menarik, dan pertarungan seru. Skull and Bones hanya unggul dalam hal sistem kapal dan persenjataan yang lebih detail, tetapi tidak memiliki kepribadian atau intrik seperti Black Flag.
Perbandingan dengan Sea of Thieves (2018) juga tak terhindarkan. Meski awalnya sederhana, Sea of Thieves berkembang menjadi game yang penuh humor, kekacauan, dan karakter yang kuat. Sementara itu, Skull and Bones lebih serius dan soliter, lebih mirip Sid Meier’s Pirates dengan fokus pada perdagangan dan pertempuran laut. Game ini lebih seperti simulator perdagangan dan pertempuran laut daripada petualangan bajak laut sejati.
Jika Ubisoft terus mendukungnya, Skull and Bones mungkin akan menarik pemain yang menyukai pertempuran laut dan penyesuaian kapal. Namun, bagi yang mencari pengalaman bajak laut yang lebih menyeluruh, Assassin’s Creed: Black Flag tetap menjadi pilihan terbaik.