Final Fantasy XVI: Perjalanan Epik yang Menggabungkan Fantasi dan Intrik - Pada tahun 1993, saya berdiri di depan rak besar berisi video game di toko sewa lokal. Karena mendapatkan nilai sempurna dalam ujian menulis, orang tua saya memperbolehkan saya menyewa game dan membeli Happy Meal. Saat itu, saya tertarik dengan berbagai judul, seperti Smartball, Rocky Rodent, Contra 3, dan F-Zero, tetapi saudara perempuan saya mengambil sebuah game dengan sampul merah sederhana, hanya dengan pedang menggantikan huruf "t" dalam judulnya. Game itu adalah Final Fantasy IV (yang dirilis sebagai Final Fantasy II di Amerika Utara), yang kemudian memperkenalkan saya pada seri favorit sepanjang masa.
Pada tahun 2023, saya sedang mengunduh salinan pre-release Final Fantasy XVI di sebuah kamar hotel. Ketika semakin memainkannya, hati saya dipenuhi kegembiraan seperti anak-anak. Saya berkata kepada istri saya, "Sayang, saya tidak percaya bisa memainkan game ini sekarang."
Final Fantasy XVI sering kali mengesankan dan kadang tak tertandingi. Meskipun mengalami kesulitan menemukan identitas di awal, game ini berkembang dengan indah, dengan pertarungan yang sangat menghibur dan alur cerita yang menarik. Meskipun tidak sempurna, Final Fantasy XVI jelas merupakan salah satu karya terbaik dari Square Enix sejak awal abad ini.
Game ini mengikuti perjalanan Clive Rosfield, protagonis yang keras namun baik hati, selama 18 tahun, yang berubah dari bangsawan terhormat menjadi revolusioner dan penyelamat Valisthea—sebuah dunia di mana manusia Dominants dapat "prime" menjadi Eikons yang menyerupai dewa, sementara pengendali sihir (Bearer) ditindas untuk menguasai kekuatan mereka. Sebuah Blight juga merusak dua benua, Storm dan Ash.
Final Fantasy XVI menggabungkan dua pengaruh utama: elemen-elemen khas Final Fantasy seperti chocobos, moogles, dan antagonis yang memikat, serta pengaruh besar dari Game of Thrones, yang diminta oleh produser Naoki Yoshida untuk ditonton oleh tim pengembang. Pengaruh ini menciptakan narasi yang menarik, tetapi terkadang game ini terlalu bergantung pada klise Game of Thrones, dengan kekerasan, intrik politik, dan adegan eksploitasi yang berlebihan.